Meluruskan Mitos Sakit Maag yang Bisa Sebabkan Kematian

Jum'at, 21 Februari 2020 - 07:45 WIB
Meluruskan Mitos Sakit Maag yang Bisa Sebabkan Kematian
Meluruskan Mitos Sakit Maag yang Bisa Sebabkan Kematian
A A A
JAKARTA - Rasa nyeri di ulu hati, mual, atau kembung merupakan gejala sakit maag yang perlahan dapat menurunkan kualitas hidup. Masyarakat juga masih memercayai mitos yang salah soal penyakit ini.

Sakit maag atau dispepsia fungsional merupakan kumpulan gejala gangguan pada saluran pencernaan yang bersifat kronik tanpa adanya kelainan organik. Tidak sedikit masyarakat yang terkena maag dan masih banyak pemahaman yang keliru terkait penyakit ini. Sebut saja keyakinan bahwa penyakit ini bisa menyebabkan kematian.

Diluruskan oleh dr Helmin Agustina Silalahi selaku Medical Manager Consumer Health Division Kalbe Farma, bukan asam lambungnya yang menyebabkan kematian namun faktor lain yang ditimbulkan akibat maag yang diderita. Ketika individu mengalami sakit maag kronis sehingga pembuluh darahnya pecah, orang bersangkutan kemudian berisiko mengalami anemia dan bisa berujung pada penyakit serius. "Ujung-ujungnya (penyakitnya) itulah yang bisa menyebabkan kematian, yakni penyakit-penyakit yang muncul ketika sakit maag tidak diobati," tutur dr Helmin.

Nah yang lebih tepat adalah penderita sakit maag bisa terganggu kualitas hidupnya. Dengan kata lain, maag dapat menyebabkan komplikasi. Jika tidak diatasi, maag dapat menyebabkan berbagai keluhan seperti peradangan kronik atau bahkan kanker lambung yang dapat berujung pada kematian.

Ada juga anggapan bahwa penyakit ini tidak bisa sembuh. Padahal, kalau penyebabnya dapat diatasi hingga tuntas, otomatis gejala maag pun akan hilang. Maag bisa saja sembuh total kalau diobati dari akarnya, bukan sekadar mengonsumsi obat pereda gejala maag. Adapun yang juga perlu diketahui, maag bukan hanya menyerang orang dewasa. Faktanya maag juga dapat menyerang anak-anak. Meski maag pada anak biasanya hanya berupa iritasi lambung yang umumnya terjadi karena anak mengonsumsi makanan pedas atau telat makan.

Maag bukanlah penyakit keturunan. "Ini penyakit lebih karena gaya hidup yang tidak sehat," kata dr Helmin dalam acara "Promag dan Fore Berkolaborasi untuk Edukasi Para Penderita Maag". Menurut dr Helmin, sakit maag berbeda dengan GERD (gastroesophageal reflux disease). GERD adalah naiknya asam lambung hingga mencapai kerongkongan.

"Gejalanya yaitu regurgitasi (naiknya makanan dari kerongkongan atau lambung tanpa disertai oleh rasa mual maupun kontraksi otot perut yang sangat kuat) ditandai rasa panas di dada yang terjadi setelah makan atau posisi berbaring," kata dr Helmin di acara yang diadakan Promag bekerja sama dengan Fore ini. Mual dan muntah, sulit menelan, batuk persisten, dan nyeri dada adalah gejala GERD lainnya.

Sementara itu, menurut Prof Dr dr Ari Fahrial Syam KGEH MMB dari Divisi Gastroenterology, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, masyarakat masih menyepelekan gangguan pada lambung. Padahal, semakin dini penyakit diketahui, semakin cepat dapat diobati. “Gangguan pada lambung belum tentu disebabkan oleh masalah di lambung. Jadi yang terpenting jangan jadi dokter untuk diri kita sendiri,” ujar dr Ari pada kesempatan terpisah.

Lebih jauh, berbicara mengenai risiko maag, generasi paling rentan terkena maag adalah generasi muda yang produktif. Pemicunya lifestyle yang mereka jalani seperti stres yang didapat dari pekerjaan hingga masalah percintaan, lembur, merokok, makan tidak teratur, mengonsumsi makanan yang pedas dan berminyak, juga rutin minum kopi.

Hal-hal ini meningkatkan risiko mengalami perihnya sakit maag. PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui salah satu divisi Kalbe Consumer Health dengan produk Promag, meluncurkan online tools maag meter yang dapat membantu masyarakat untuk mendeteksi kesehatan lambung, kemungkinan risiko terkena maag dan penyebab risiko maag di setiap orang yang bisa diakses dengan mudah melalui website https://promag.id/maag-meter.

“Kalbe berkomitmen dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, salah satunya memberi edukasi kesehatan lambung. Selama 49 tahun Promag dipercaya generasi ke generasi dalam membantu redakan sakit maag," ujar Afriani Karina, Head of Marketing Digestive Category Consumer Health PT Kalbe Farma Tbk.

Sebagai bagian dari kampanye terbarunya #SobatPerih, Promag menggandeng Fore Coffee. Menurut Afriani, pihaknya melihat kebiasaan ngopi telah menjadi bagian dari gaya hidup, terutama bagi anak-anak muda. "Kebiasaan ngopi yang sedang tren belakangan ini juga menjadi salah satu penyebab seseorang rentan terkena maag,” pungkas Afriani. (Sri Noviarni)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1248 seconds (0.1#10.140)